Minggu, 01 November 2009

Mikroskop atau Teleskop?

I Korintus 13:7 è "Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

Bacaan: I Korintus 13:1-8
1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.


Apakah Anda mengingat masa di waktu sekolah ketika pertama melihat menggunakan sebuah mikroskop? Benda-benda yang sangat kecil seperti mikroorganisme atau biji tanaman pasti akan Anda lihat besar ketika menggunakan benda tersebut.

Nah, mari bandingkan mikroskop dengan alat yang biasa manusia gunakan untuk melihat bintang atau benda-benda di angkasa, yakni teleskop. Sistem kerja benda ini sangat berbeda dengan mikroskop. Bila dengan mikroskop seseorang dapat melihat sesuatu yang sangat kecil terlihat besar, teleskop membuat sesuatu yang tampaknya jauh menjadi lebih dekat.

Apakah Anda menyadari bahwa setiap hari dalam kehidupan ini orang-orang sedang menggunakan kedua benda ini, yakni sebuah mikroskop dan sebuah teleskop, tergantung keadaan. Dan mungkin salah satu diantaranya adalah kita sendiri.

Kita dapat begitu cepat memakai sebuah mikroskop untuk melihat kesalahan dan kelemahan orang lain, sedangkan di sisi lain ketika kita melakukan kesalahan, kita menggunakan sebuah teleskop yang menyebabkan kesalahan kita sepertinya begitu kecil.

Dalam Lukas 6:41-42, Yesus mengajarkan kepada murid-muridnya dengan kata-kata seperti ini, "Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?" dengan bahasa yang lebih sederhana, "Bagaimana seseorang bisa menasihati orang lain akan kesalahannya bila orang tersebut tidak bisa melihat kesalahan yang dalam dirinya sendiri?" jawabannya pastilah tidak bisa.

Oleh karena itu, Allah meminta kita menjadi orang seperti di Mikha 6:8, yakni "untuk bertindak adil dan mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah." Jika kita melihat ini secara serius, kita akan berhenti menggunakan mikroskop untuk memeriksa kehidupan orang lain dan malah memperluas rahmat serta kasih kepada mereka dengan melihat mereka melalui teleskop. Dengan teleskop, kita akan memandang orang lain dengan adil, penuh belas kasihan dan rendah hati seperti yang Yesus lakukan.

Jadi, apakah yang Anda pilih saat ini untuk melihat lingkungan sekitar, sebuah mikroskop ataukah sebuah teleskop?

Hati yang penuh dengan kasih adalah bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah yang sejati.

Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, kami sering lebih suka melihat kesalahan sesama kami dibandingkan mengoreksi kekeliruan yang ada dalam diri kami. Saat ini jamahlah kembali hati kami agar seluruh pikiran, perkataan dan perbuatan kami menjadi berkat bagi setiap orang yang kami jumpai. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Mengerti Apa Yang Tuhan Inginkan


Matius 6:33: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."


Bacaan:Matius 6:25-34
25 ''Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.''


Suatu hari seorang ibu melihat anaknya begitu uring-uringan. Anak itu biasanya tenang dan penuh perhatian, tapi kali ini sepertinya dia tidak bisa memusatkan pikirannya pada tugas yang diberikan kepadanya. Akhirnya sang ibu pun mendekati anaknya itu dan bertanya padanya. "Apakah ada sesuatu yang salah Nak? Anak itu pun hanya mengangguk saja. Ibunya kembali bertanya, "Maukah kau menceritakan masalahmu?"

Anak itu pun menjawab,"Bu, aku kehilangan bola kesayanganku. Bola itu adalah hadiah dari sekolah ketika aku terpilih sebagai pemain terbaik dalam kejuaraan beberapa waktu yang lalu." Kemudian anak itu pun melanjutkan ucapannya, "Bola itu bagus sekali bu, rasanya tidak mungkin aku mendapatkan bola seperti itu lagi." Lalu ibunya menganjurkan anaknya untuk berdoa kepada Tuhan, maka mereka berdua pun berlutut disamping di sebuah kursi lalu berdoa bersama-sama. Setelah berdoa, terlihat suasana hati anak itu sepertinya lebih tenang dan akhirnya ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat.

Keesokan harinya, sang Ibu bertanya kepadanya anaknya itu, "Nak, apakah bolamu sudah kau temukan?" Sambil tersenyum ceria, anak itupun menjawab, "Belum bu". Ibunya pun berkata, "Kalau belum ketemu, kenapa kamu terlihat ceria hari ini, tidak seperti kemarin kamu waktu kamu kehilangan bolamu itu." Anak itu kembali menjawab, "Itu kemarin bu, tetapi setelah kita berdoa, Tuhan telah membuatku untuk tidak ingin menemukan bola itu." Ibunya pun tersenyum tanda mengerti, lalu dia memeluk anaknya itu.

Saat kita datang dalam doa dan meminta sesuatu kepadanya, ada kalanya permohonan yang kita panjatkan itu tidak terjadi dalam kehidupan kita. Tetapi, jika kita tetap berdoa sungguh-sungguh dengan hati yang terbuka kepada Tuhan, maka keinginan-keinginan hati kita berubah menjadi selaras dengan apa yang Dia benar-benar inginkan untuk diberikan-Nya kepada kita.

Tuhan selalu punya cara yang kreatif untuk menjawab doa-doa kita.


Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, hari ini kami berlutut di hadirat-Mu dengan segala pergumulan kehidupan kami. Sentuhlah hati kami dan jadikanlah baru agar kami menyadari bahwa di dalam setiap kesulitan hidup ada cahaya Sabda-Mu yang menerangi dan menuntun langkah kami. Tuhan, kami lemah, tolonglah kami. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!

Mencoba, Apa Salahnya?

Markus 5:34 è "Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"

Bacaan:Markus 5:25-34
25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
28 Sebab katanya: ''Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.''
29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.
30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ''Siapa yang menjamah jubah-Ku?''
31 Murid-murid-Nya menjawab: ''Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?''
32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.
33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya.
34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: ''Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!''


Suatu ketika seorang guru berkata kepada muridnya seperti ini, "Ayo kerjakan. Jangan takut gagal bila belum mencobanya." Tidak tahu apakah perkataan itu benar-benar dari hatinya, tetapi kata-kata tersebut berhasil membuat muridnya untuk mengerjakan soal mata pelajaran yang ia berikan walaupun hasilnya masih salah.

Sang guru tidak mempersoalkan hasil yang didapat oleh anak didiknya benar atau salah. Baginya keinginan untuk berusaha memecahkan soal yang ia berikan adalah sebuah langkah yang tepat daripada mendengar muridnya tersebut berkata, "saya tidak bisa pak". Demikian juga sebenarnya yang Allah inginkan dalam kehidupan kita.

Seringkali kita pasrah dengan keadaan yang menyesakkan kehidupan kita. Tanpa melakukan apapun, kita sudah berkata kepada Tuhan "saya sudah tidak sanggup" atau "masalah ini begitu berat, pasti saya tidak bisa keluar dari hal ini". Semua pikiran dan kata-kata negatif keluar hingga diri kita dikuasai dan akhirnya kita pun kalah.

Rancangan-Nya bagi setiap kita adalah menjadi pemenang dan itu tidaklah berubah sampai sekarang ini dan karya penebusan Yesus Kristus di atas kayu salib adalah buktinya. Namun, semuanya ini tidak akan terjadi dalam kehidupan kita bila kita tidak mengambil langkah untuk mempercayai firman Tuhan.

Gunakan iman Anda dan mulai berjalanlah selangkah demi selangkah dalam janji perkataan-Nya. Ketika Anda melakukan hal itu, kemenangan yang sudah Tuhan janjikan tersebut akan Anda raih.

Ketakutan adalah cara termudah yang iblis pakai untuk membuat Anda tidak berjalan dalam rancangan indah Tuhan.

Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :

Tuhan Yesus, kami sering merasa lemah dalam melakukan sesuatu yang baru. Namun kami mohon kuatkanlah iman, harapan dan cinta kami agar kami tetap percaya bahwa Engkau senantiasa menguatkan kami dan melihat segala usaha kami untuk menjadi lebih baik. Jadikanlah hidup kami pancaran berkat-Mu untuk setiap orang yang kami jumpai. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!