Rabu, 16 Juni 2010

Cara Berpikir Baru

Yohanes 5:7 :
“Jawab orang sakit itu kepada-Nya:”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”"


Bacaan: Yohanes 5:1-9a
1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.
2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya
3 dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.
4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya.
5 Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ''Maukah engkau sembuh?''
7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: ''Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.''
8 Kata Yesus kepadanya: ''Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.''
9 Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.



Seorang ahli kandungan dari Amerika Serikat pernah mengungkapkan bagaimana banyak dari ibu muda yang pernah ditangani olehnya mengambil sikap stres ketika akan melakukan persalinan. Menurutnya, ini adalah sebuah pilihan yang salah. “Melahirkan lebih merupakan pengalaman yang dapat dinikmati daripada dianggap sebagai beban,”. Ia menyarankan bagi para calon ibu yang akan melahirkan agar lebih menikmati proses persalinan daripada mengembangkan perasaan takut yang mengganggu.

Peristiwa di kolam Betesda yang dicatat oleh Alkitab adalah bukti bagaimanan pikiran yang salah menghasilkan tindakan yang salah. Ketika Tuhan Yesus bertemu dengan seorang pria yang telah terbaring selama 38 tahun disana, Dia bertanya apakah orang itu mau disembuhkan. Bukannya menjawab apa yang ditanyakan oleh Tuhan Yesus, pria lumpuh itu malah memberi jawaban yang aneh. Ia justru mengungkapkan realita yang dialaminya selama ini.

Ia merasa tidak ada lagi harapan baginya untuk sembuh. Dalam pikirannya, ia seumur hidup akan terbaring di ranjang tanpa bisa melakukan aktivitas berarti. Paradigma “Saya orang gagal” terus dipegang pria lumpuh itu hingga berpuluh-puluh tahun. Ia tidak pernah tahu bahwa untuk menerima kesembuhan, dirinya perlu mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dan menaati apa yang Tuhan firmankan.

Paradigma gagal akhirnya berakhir di hari penuh bahagia tersebut. Saat Yesus memerintahkannya untuk bangkit dari pembaringan, ia pun melakukannya dan menjadi sembuh! Perkataan Allah yang menjelma menjadi manusia itu telah mengubahkan hidupnya. Paradigma gagal kini telah berubah menjadi paradigma sukses.

Pada hari ini, marilah kita meyakini kuasa Tuhan yang bekerja secara luar biasa melalui diri kita. Ubahlah segala paradigma kegagalan yang pernah terbentuk karena itu akan menghalangi penggenapan janji Tuhan di kehidupan ini.

Rencana Allah bagi setiap anak-Nya di muka bumi ini adalah hidup berhasil dan bahagia.