Kamis, 08 Juli 2010

Tetap Berkecukupan

I Raja-raja 17:13: “Janganlah takut...buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.”

Bacaan: I Raja-raja 17:8-16
8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9 ''Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.''
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ''Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.''
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ''Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.''
12 Perempuan itu menjawab: ''Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.''
13 Tetapi Elia berkata kepadanya: ''Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.''
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


“Berilah persembahan jika Anda ingin gereja ini tetap berdiri,” Begitulah bunyi kalimat yang ditulis dekat kotak Persembahan di sebuah gereja tua di Eropa.

Memprihantikan bukan? Gereja bersejarah ini kekurangan uang karena anggota gerejanya terus berkurang minggu demi minggu. Hanya segelintir orang tua yang masih berbakti di sana. Generasi mudanya telah pergi. Krisis global yang masih terasa hingga saat ini khususnya di negara-negara Eropa membuat orang-orang disana akan berpikir dua kali apabila memberikan persembahan kepada Tuhan.

Pada masa keuangan sedang seret seperti ini adalah wajar jika orang membuat skala prioritas. Yang dianggap penting didahulukan, yang lain terpaksa diabaikan. Begitulah kira-kira juga pemikiran Janda Sarfat saat Nabi Elia meminta dibuatkan roti.

Mulanya ia menolak permintaan sang nabi karena tepung miliknya tinggal segenggam lagi dan itu akan dibuat bagi dirinya dan kedua anaknya. Dalam pandangan Janda Sarfat, inilah prioritas pertama. Namun, Elia memberinya janji ilahi: “jika sang janda berani membalik prioritasnya, yakni mendahulukan pemberian untuk sang hamba Tuhan, tepung itu tak akan habis.”

Janji ini tampaknya tak masuk akal, tetapi sang janda mengimani. Mukjizat pun terjadi. Ia bisa memberi, tetapi tetap berkecukupan.

Kisah Alkitab diatas berbicara tentang pemeliharaan Allah. Hidup matinya kita tidak melulu bergantung pada apa yang kita miliki, tetapi pada apa yang Tuhan beri. “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Jika Tuhan ditempatkan sebagai prioritas pertama, masakan Dia menempatkan kita di tempat terakhir-Nya? Jadi meski zaman ini tampak begitu sulit, jangan sampai kehilangan kemurahan hati.

Jika Tuhan didahulukan, jangan khawatir akan apa yang kita perlukan.