Selasa, 29 Juni 2010

Peran Dalam Cerita Keluarga

II Korintus 5:18: “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.”

Bacaan: II Korintus 5:15-21
15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.
17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.



Banyak orang menyukai cerita mengenai keluarga. Dan bacaan Alkitab pada hari ini mengisahkan salah satu cerita yang paling terkenal di seluruh Kitab Suci, yaitu perumpamaan tentang anak yang hilang.

Pengarang Henri Nouwen, di dalam bukunya yang berjudul The Return of The Prodigal Son, mengatakan bahwa semua orang Kristen, pada titik tertentu dalam perjalanan iman mereka, diwakili oleh salah satu dari ketiga karakter utama dalam cerita tersebut. Kadang-kadang kita menjadi anak yang memberontak, yang membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Pada kesempatan lain, kita adalah sang kakak yang ingin menyimpan kemarahan dan tidak mau mengampuni. Namun, apabila kita semakin dewasa, kita akan menjadi seperti sang bapak, yang rindu melihat semua anaknya diperdamaikan.

Dalam akhir bukunya, Nouwen menuliskan kata-kata berikut ini: “Pada saat saya memperhatikan tangan saya yang menua, saya kemudian menyadari bahwa kedua tangan itu diberikan untuk menjangkau mereka yang menderita, untuk menepuk bahu-bahu mereka yang datang, dan untuk menawarkan berkat dari kebesaran kasih Allah.”

Peran apakah yang Anda mainkan di dalam cerita keluarga Anda? Apakah Anda membutuhkan keberanian untuk bertobat dan memohon pengampunan? Atau apakah Anda membutuhkan belas kasihan untuk memberikan pengampunan?
Allah telah memberikan kepada anak-anak-Nya “pelayanan pendamaian” (I Korintus 5:18,19). Sekarang adalah waktu untuk memulainya.

Sikap yang benar terhadap keluarga dimulai dengan sikap yang benar terhadap Allah.

Minggu, 27 Juni 2010

Ditolong Oleh Buaya

Mazmur 119:71:
“Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.”


Pada masa perang dunia II, ada sebuah metode menarik yang diterapkan dalam sebuah kamp pelatihan tentara di Amerika Serikat. Metode yang pertama kali diterapkan di Florida ini disebut dengan “gator aid” atau pertolongan buaya. Materi pelatihan yang diberikan kepada prajurit itu sebenarnya sama saja dengan kebanyakan materi-materi di tempat pelatihan lainnya, di dalamnya termasuk berlari melewati daerah yang penuh rintangan.

Namun yang membedakan adalah pada akhir tes yang tujuannya menguji daya tahan, para prajurit itu harus bergelayut pada seutas tali dan kemudian melintasinya. Tali itu sendiri dipasang diatas sebuah kolam yang lebar namun tidak terlalu dalam.

Di bawah sinar matahari, permukaan kolam sungguh berkilauan, sangat menarik hati sehingga banyak prajurit hanya menyebrang separuh kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya dan kemudian berenang sampai ke seberang kolam. Tiba-tiba seorang Letnan yang berani memasukkan seekor buaya besar ke dalamnya. Sejak itu, setiap prajurit yang hendak melompat sudah mengambil ancang-ancang hampir lima meter dari tepi kolam dan melintasi kolam yang lebar itu tanpa mau menceburkan diri ke dalamnya dan akhirnya mereka mendarat di seberang dengan bergulingan.

Demikian pula sifat kita sebagai orang Kristen, terkadang harus dipacu oleh “dorongan” situasi yang tidak kita harapkan. Tanpa koreksi penuh kasih dari Allah dan disiplin yang sungguh-sungguh, daya tahan rohani dan kemampuan kita untuk menanggung segala sesuatu tak akan pernah bertumbuh. Jika Tuhan tidak mengizinkan kita mengalami keadaan sulit, kita akan segera terjebak dalam perasaan puas diri dan terlalu percaya diri.

Saat ini, jika Anda sedang mengalami kepedihan karena keadaan yang menekan, ingatlah perkataan Daud, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119:71).

Tantangan dalam hidup bukanlah untuk menghancurkan kita melainkan mengarahkan kita kepada Allah.

Kamis, 24 Juni 2010

Istirahat Bagi yang Lelah

Matius 11:28
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”


Bacaan: Matius 11:25-30
25 Pada waktu itu berkatalah Yesus: ''Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
26 Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
27 Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
28 Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
30 Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.''



Sedikit orang yang tahu bagaimana cara beristirahat di hari-hari ini. Bahkan di saat liburan, banyak orang memaksakan diri sedemikan rupa sebelum mereka kembali bekerja, dimana mereka menghabiskan dua kali lipat energi untuk menyelesaikan pekerjaan dan surat-surat yang sudah menumpuk selama mereka tidak masuk. Banyak dari kita membutuhkan liburan hanya untuk beristirahat dari liburan kita! Mungkin kita telah mencari istirahat di tempat-tempat yang salah.

Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku....Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Seperti halnya kedamaian, istirahat dan kelegaan hanya dapat ditemukan di satu tempat, dari satu sumber, dan itu adalah Tuhan Yesus Kristus.

Yesus memberi kita istirahat yang sesungguhnya, kepercayaan diri yang kita perlukan, untuk keluar dari rasa frustasi dan kekacauan di sekekeling kita. Beristirahatlah di dalam Dia dan jangan khawatir dengan apa yang akan terjadi di depan. Yesus Kristus sudah mengurus hari esok.

Ketika Anda merasa lelah dengan segala rutinitas Anda sehari-hari, datanglah kepada Yesus karena Dia adalah pemberi kelegaan yang handal.

Selasa, 22 Juni 2010

Mantapnya Percaya

Mazmur 50:15: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku”

Bacaan: Mazmur 50:1-15
1 Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.
2 Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.
3 Allah kita datang dan tidak akan berdiam diri, di hadapan-Nya api menjilat, sekeliling-Nya bertiup badai yang dahsyat.
4 Ia berseru kepada langit di atas, dan kepada bumi untuk mengadili umat-Nya:
5 ''Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!''
6 Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. S e l a
7 ''Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu!
8 Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku?
9 Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu,
10 sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung.
11 Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku.
12 Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya.
13 Daging lembu jantankah Aku makan, atau darah kambing jantankah Aku minum?
14 Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!
15 Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.''



Suatu hari seorang pria dari suku Indian yang telah bertobat ditanya oleh sahabatnya, “Mengapa kamu selalu membicarakan dan menyebut nama Yesus?” Mendapat pertanyaan tersebut, pria Indian ini terdiam sebentar. Bukan langsung menjawab, ia malah mengambil sejumlah ranting dan rumput yang kering dan dibuatnya menjadi lingkaran. Setelah jadi, ia pun membakarnya. Namun sebelum itu, ia sudah meletakkan seekor ulat di tengah-tengah api.

Api semakin besar, tetapi belum ada satu patah kata pun keluar dari pria Indian tersebut. Justru ia dan sahabatnya menyaksikan bagaimana ulat yang ditaruh di tengah-tengah api itu menggeliat dan ingin segera keluar dari sana. Tidak lama kemudian, ia pun lalu mengeluarkan jari tangannya dan dengan segera si ulat merambat naik dengan selamat.

“Seperti itulah yang dilakukan Tuhan Yesus ketika saya tidak berdaya, berada di tengah-tengah bahaya, saya berseru mohon pertolongan pada-Nya. Dia mendengarkan saya dan memberi pertolongan,” kata pria Indian setelah menolong ulat keluar dari lingkaran api.

Dalam hidup ini, yakinlah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, tangannya senantiasa terulur untuk menolong dan menyelamatkan kita. Dia adalah menara perlindungan, kota benteng, gunung batu dan perisai keselamatan umat-Nya. Sudah selayaknya untuk kita memercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya. Namun sayangnya, kadang kala kita mendapati orang-orang percaya mengharapkan pertolongan di luar Tuhan, meski sebenarnya mengerti siapa yang dapat menolongnya. Hanya Allah yang menjadi sandaran dan kepercayaan kita.

Di saat segala sesuatu tampaknya sulit, bahkan seakan tembok tebal menghalangi kita, jawabannya hanya satu, berserah penuh kepada kuasa Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Ingatlah bahwa tangan kasih-Nya senantiasa terulur untuk menolong, memberi jalan keluar dan memimpin seluruh hidup kita. Mari berserah pada-Nya.

Disaat Anda merasa tidak berdaya dan memiliki kekuatan apa-apa, Allah justru menunjukkan kuasa-Nya.

Senin, 21 Juni 2010

Sayap Rajawali

Yesaya 40:31 :
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya”



Perkataan Nabi Yesaya tentang menanti-nantikan Tuhan dengan sabar merupakan suatu penantian terhadap masa depan dengan pengharapan yang pasti. Pada saat kita mengalami pencobaan, kita menantikan keselamatan yang pasti akan datang. Yesus sendiri memberikan jaminan berikut ini kepada pengikut-pengikut-Nya: “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Matius 5:4).

Karena kita telah mengetahui bahwa kita memiliki tujuan akhir yang sangat mulia, yaitu bahwa kita memiliki harapan yang pasti akan surga, maka kita akan sanggup menjalani hidup di dunia ini. Meskipun perjalanan hidup ini melelahkan, kita senantiasa dapat membentangkan sayap-sayap iman kita dan terbang! Kita dapat hidup dengan penuh ketaatan tanpa kemudian merasa lelah. Kita dapat melewati hari-hari yang rutin tanpa menjadi letih. Dunia yang lebih baik akan segera tiba, yaitu pada saat roh kita memanggil, maka tubuh kita pun akan dapat berlari, melompat dan terbang! Demikianlah harapan kita.

Sementara itu, apa yang akan digenapi pada suatu hari nanti, akan mulai terjadi sekarang. Kita dapat menjadi kuat, sabar, penuh sukacita walaupun merasa sangat kelelahan. Kita akan menjadi ramah dan tenang, tidak terfokus hanya pada kelemahan dan keletihan kita. Kita akan lebih memperhatikan orang lain daripada diri sendiri dan senantiasa siap mengucapkan kata-kata yang penuh kasih kepada mereka yang sedang berada dalam pergumulan. Kita dapat bersiap-siap sejak dari sekarang untuk menyambut hari saat jiwa kita akan terbang nantinya.

Saat diri Anda lelah dalam pergumulan hidup temukan kelegaan di dalam Tuhan.

Minggu, 20 Juni 2010

Kesalehan di Dalam Rumah

Yohanes 15:5:
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”


Bacaan: Yohanes 15:1-8
1 ''Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.
2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.''



Bagaimana kita hidup di rumah merupakan ujian bagi orang Kristen baik pria maupun wanita. Jauh lebih mudah mempraktikkan hidup yang sempurna di antara teman-teman kita, ketika kita menyajikan makanan yang terbaik dan menantikan komentar publik, daripada hidup untuk Kristus di dalam rumah sendiri.

Lingkup keluarga kita melihat kita setiap saat. Mereka melihat kita saat keletihan dan stres menekan. Lingkup keluarga kita mengetahui apakah Kristus hidup di dalam dan mengalir melalui kita.

Jika saya adalah Kristen sejati, maka saya tidak akan bertingkah gusar, tidak sabar, salah sangka, kasar, tidak ramah, curiga, egois, atau malas di rumah. Sebaliknya, setiap hari hidup saya akan mengeluarkan buah Roh, yaitu, “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Bagaimana perbedaan suasana rumah Anda jika secara konsisten mempraktikkan kesalehan-kesalehan yang menyerupai Kristus ini?

Perilaku yang Anda tunjukkan sehari-hari di dalam rumah adalah Anda yang sebenarnya.

Kamis, 17 Juni 2010

Bergandengan dan Melompat

Pengkhotbah 4:9 : “Berdua lebih baik daripada seorang diri”

Bacaan: Pengkotbah 4:9-12
9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?
12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.



Ketika Leo membuka restoran yang dikemas mewah dengan 300 kursi, ia mengaku “takut akan semua hal”. Namun, kehadiran Amy di dalam hidupnya membuat ia bisa melewati segala apa yang ia takutkan tersebut. Hasilnya, kini pasangan suami istri tersebut bisa memiliki usaha bidang makanan yang tergolong bagus.

Chris dan Karie, pasangan lain yang mengambil risiko untuk memiliki dan mengelola restoran bersama, mengatakan bahwa mereka mempunyai, “hubungan kerja yang baik, dan saling mengagumi pekerjaan masing-masing.”

Salomo, orang paling bijak yang pernah hidup di dunia, tahu betapa pentingnya mempunyai teman-teman. Ia menulis, “Berdua lebih baik daripada seorang diri” (Pengkhotbah 4:9). Jika yang satu jatuh pada waktu yang sulit, yang lain menghibur dan mengangkatnya (ayat 10-12). Kita membutuhkan pasangan hidup dan teman-teman untuk menolong kita melewati waktu-waktu yang menakutkan dan memberi dukungan emosional. Orang-orang yang sendirian, akan mengalami hidup yang semakin keras (ayat 8). Namun, orang-orang yang menyadari kebutuhan mereka akan orang lain, memperoleh pertolongan dan penghiburan.

Jika Anda perlu melakukan lompatan iman, yang melibatkan keuangan, perubahan karier, pelayanan yang baru, ajaklah seseorang yang dapat dipercaya untuk menggandeng tangan Anda saat Anda “melompat”. Atau berikanlah dorongan yang sama kepada seseorang yang dekat dengan Anda. Sebab berdua pasti lebih baik daripada seorang diri.

Mereka yang memercayai Allah dapat menolong orang lain untuk beriman kepada-Nya juga.

Rabu, 16 Juni 2010

Cara Berpikir Baru

Yohanes 5:7 :
“Jawab orang sakit itu kepada-Nya:”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”"


Bacaan: Yohanes 5:1-9a
1 Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.
2 Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya
3 dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.
4 Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya.
5 Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
6 Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ''Maukah engkau sembuh?''
7 Jawab orang sakit itu kepada-Nya: ''Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.''
8 Kata Yesus kepadanya: ''Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.''
9 Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.



Seorang ahli kandungan dari Amerika Serikat pernah mengungkapkan bagaimana banyak dari ibu muda yang pernah ditangani olehnya mengambil sikap stres ketika akan melakukan persalinan. Menurutnya, ini adalah sebuah pilihan yang salah. “Melahirkan lebih merupakan pengalaman yang dapat dinikmati daripada dianggap sebagai beban,”. Ia menyarankan bagi para calon ibu yang akan melahirkan agar lebih menikmati proses persalinan daripada mengembangkan perasaan takut yang mengganggu.

Peristiwa di kolam Betesda yang dicatat oleh Alkitab adalah bukti bagaimanan pikiran yang salah menghasilkan tindakan yang salah. Ketika Tuhan Yesus bertemu dengan seorang pria yang telah terbaring selama 38 tahun disana, Dia bertanya apakah orang itu mau disembuhkan. Bukannya menjawab apa yang ditanyakan oleh Tuhan Yesus, pria lumpuh itu malah memberi jawaban yang aneh. Ia justru mengungkapkan realita yang dialaminya selama ini.

Ia merasa tidak ada lagi harapan baginya untuk sembuh. Dalam pikirannya, ia seumur hidup akan terbaring di ranjang tanpa bisa melakukan aktivitas berarti. Paradigma “Saya orang gagal” terus dipegang pria lumpuh itu hingga berpuluh-puluh tahun. Ia tidak pernah tahu bahwa untuk menerima kesembuhan, dirinya perlu mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan dan menaati apa yang Tuhan firmankan.

Paradigma gagal akhirnya berakhir di hari penuh bahagia tersebut. Saat Yesus memerintahkannya untuk bangkit dari pembaringan, ia pun melakukannya dan menjadi sembuh! Perkataan Allah yang menjelma menjadi manusia itu telah mengubahkan hidupnya. Paradigma gagal kini telah berubah menjadi paradigma sukses.

Pada hari ini, marilah kita meyakini kuasa Tuhan yang bekerja secara luar biasa melalui diri kita. Ubahlah segala paradigma kegagalan yang pernah terbentuk karena itu akan menghalangi penggenapan janji Tuhan di kehidupan ini.

Rencana Allah bagi setiap anak-Nya di muka bumi ini adalah hidup berhasil dan bahagia.

Senin, 14 Juni 2010

Siap Diuji


Daniel 3:17 : “Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari tanganmu, ya raja.”

Bacaan: Daniel 3:1-2,8-30

1 Raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel.
2 Lalu raja Nebukadnezar menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu.
8 Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi.
9 Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: ''Ya raja, kekallah hidup tuanku!
10 Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu,
11 dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
12 Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan.''
13 Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja,
14 berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: ''Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu?
15 Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?''
16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: ''Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
17 Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;
18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.''
19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
20 Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
21 Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
22 Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
23 Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
24 Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: ''Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?'' Jawab mereka kepada raja: ''Benar, ya raja!''
25 Katanya: ''Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!''
26 Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: ''Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!'' Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu.
27 Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaran pun tidak ada pada mereka.
28 Berkatalah Nebukadnezar: ''Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka.
29 Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa mana pun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu.''
30 Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.

Seberapa berat ujian iman yang pernah Anda alami? Pernahkah Anda diancam akan dibakar hidup-hidup karena melakukan kebenaran firman Tuhan? Saya sendiri harus saya akui belum pernah berhadapan dengan hal seperti itu, tetapi ketiga sahabat Nabi Daniel mengalaminya. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah orang-orang yang takut akan Allah dan berkomitmen hanya menyembah-Nya saja. Mereka menolak sujud kepada ilah lain berupa patung yang didirikan Raja Nebukadnezar, meski akhirnya mereka harus dibakar di perapian yang sangat panas.
Jika Daniel, sahabat mereka tidak imannya ketika pintu gua singa terbuka untuk mencampakkan dirinya jika ia tetap menyembah Allahnya, begitu pula dengan ketiga orang pemberani ini. Panasnya dapur perapian tidak cukup untuk menggoyahkan iman mereka kepada Allah. Mereka melakukannya bukan karena komitmen yang membabi buta dan tanpa dasar, tetapi karena mereka mengenal siapa Allah yang selama ini mereka sembah. Seandainya Allah tidak menolong pun, mereka tetap akan setia kepada-Nya.
Alkitab mencatat bahwa ketiga orang-orang luar biasa ini selamat dari api dan bukan hanya itu, Allah menganugerahkan kedudukan tinggi kepada mereka bertiga di dalam pemerintahan raja Nebukadnezar sebagai upah kesetiaan mereka.
Ada kalanya iman kita kepada Allah diuji, dan ujian tersebut datang tanpa meminta izin. Ada kalanya kita akan mengalami ancaman dalam skala kecil dibanding pengalaman ketiga sahabat Nabi Daniel karena iman kita kepada Yesus. Kedekatan dan pengenalan kita akan Allah sangat menentukan respons ketika ujian tersebut datang.
Perhatikanlah dan siapkanlah diri kita untuk menghadapi setiap ujian iman di sepanjang hari ini. Tetapkanlah dalam hati kita untuk tidak menyangkali iman, tetap percaya kepada-Nya, dan yakini bahwa Allah sanggup membela kita. Akan ada upah bagi orang-orang yang setia dan berani mengakui imannya kepada Allah. Ada waktunya iman yang kita pegang dimurnikan lewat ujian demi ujian hidup. Tujuannya bukanlah untuk menghancurkan, melainkan semakin menyempurnakan.

Kedekatan dengan Allah akan menentukan nilai hidup kita.